Microsoft pada pertengahan tahun 2017 lalu resmi merilis Windows 10 S, varian baru Windows 10 yang dihadirkan untuk bersaing dengan Chrome OS di pasar laptop murah untuk pelajar. Windows 10 S dirancang dengan antarmuka lebih sederhana, ringan, aman, dan hemat daya. Selain itu, sistem operasi ini hanya mengizinkan pengguna menginstal aplikasi yang berasal dari Microsoft Store saja.
- Windows 10 S Resmi Diperkenalkan, Pesaing Chrome OS untuk Pelajar dan Sekolah
- Apa Bedanya Windows 10 S dan Windows 10 Pro / Home?
Namun belum genap setahun dirilis, kabarnya Microsoft bakal menghentikan Windows 10 S sebagai sistem operasi yang “berdiri sendiri”, lalu digantikan dengan mode khusus bernama “S Mode” untuk semua versi Windows 10.
Nantinya, “S Mode” ini akan aktif secara default saat pengguna membeli laptop yang menjalankan Windows 10, baik itu Windows 10 Home, Windows 10 Pro, hingga Windows 10 Enterprise. Jadi, pengguna hanya bisa menginstal aplikasi dari Microsoft Store saja.
Jika pengguna menginginkan agar bisa instal aplikasi lain yang berekstensi win32 (.exe) didalamnya, Microsoft akan memberikan pilihan kepada pengguna untuk mengupgrade Windows 10 “S Mode” ke versi full.
Untuk Windows 10 Home “S Mode” bisa diupgrade ke Windows 10 Home secara gratis. Dan untuk upgrade dari Windows 10 Pro “S Mode” ke Windows 10 Pro, kabarnya akan dikenakan biaya sebesar USD49 atau sekitar 660 ribu rupiah.
Hingga saat ini, belum ada informasi lebih lanjut seperti apa nantinya penerapan “S Mode” di Windows 10. Karena Microsoft sendiri belum memberikan pernyataan resmi soal “S Mode” ini.
Sumber: WinPoin | Kompas Tekno