Inilah 5 Mitos Tentang Bahaya Rokok Elektrik yang Perlu Kamu Tahu

Rokok Elektrik atau Vape

Rokok elektrik atau bahasa anak mudanya yaitu, vape merupakan jenis rokok yang tidak berbentuk lintingan tembakau akan tetapi memakai alat khusus yang dapat dimasukan cairan vape itu sendiri.

Banyak yang menganggap kalau vape menjadi cara yang baru untuk mengurangi kecanduan merokok. Tapi, menggunakan rokok elektrik? Inilah 5 mitos bahayanya.

Vape Dapat Memicu Penyakit Serius

Rokok Elektrik atau Vape

Tidak sedikit orang yang mengkhawatirkan kalau memakai rokok elektrik bisa mengakibatkan popcorn lung. Pemicunya yaitu dari rasa mentega yang dipercaya banyak mengandung banyak zat-zat kimia berbahaya. Salah satu zat yang dipercaya memicu popcorn lung yaitu diacetyl yang termasuk kandungan liquid vape. Kalau Kamu mengkonsumsinya dalam jumlah yang lebih banyak, maka penyakit bronchiolitis obliterans akan mudah menyerang Kamu.

Istilah popcorn lung sebelumnya tidak dikenal di pengguna rokok digital, tapi karena dari penelitian pekerja di salah satu pabrik popcorn, maka istilah tersebut menjadi semakin populer. Namun, pihak Cancer Research UK mengatakan kalau penelitian tersebut tidak benar dan tidak memiliki hubungan dengan rokok elektrik.

Vape Berbahaya Karena Ada Nikotin

Rokok Elektrik atau Vape

Nikotin selalu dipercaya sebagai zat yang mudah memicu penyakit berbahaya. Tapi, faktanya yaitu nikotin memberikan resiko yang lebih kecil dibandingkan zat lainnya, namun indikasinya bisa berbahaya jika dipadukan dengan zat lainnya. Justru dari hasil pembakaran zat yang lain atau yang berasal dari asap rokok yang lebih mudah memicu penyakit berbahaya.

2 zat berbahaya yang terkandung dalam rokok biasa yaitu terdapat tar dan karbon monoksida. Namun, rokok digital tidak memiliki kandungan tersebut.

Vape Memicu Remaja Ingin Merokok

Rokok Elektrik atau Vape

Tidak ada bukti-bukti jika rokok elektrik memicu para remaja untuk ingin merokok. Padahal, dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Selandia Baru, justru kalangan dewasa muda yang lebih tertarik menggunakan rokok elektrik.

Sejak tahun 2017, negara tersebut mulai meresmikan kalau vape sudah dapat dijual bebas karena menjadi bukti kalau banyak perokok konvensional yang mulai mengurangi kebiasaan merokoknya sejak menggunakan vape.

Maka dari itulah, Kementerian Kesehatan di Selandia Baru belum lama ini mengumumkan kalau perokok di negaranya menurun dengan sisa 16%.

Vape Tidak Dapat Membuat Perokok Berhenti Merokok

Rokok Elektrik atau Vape

Penelitian lainnya yang dilakukan di University Collage London juga membuktikan kalau sebagian besar dari koresponden yang mereka teliti berhasil mengurangi kebiasaan merokoknya dengan memakai vape.

Dari studi tersebut, mulailah muncul berbagai macam perdebatan pro kontra yang menganggap kalau rokok elektrik lebih efektif menyembuhkan para perokok daripada menggunakan cara NRT atau Nicotine Replacement Theraphy.

Penelitian yang baru saja dilakukan di awal tahun 2019 ini juga semakin dikuatkan dengan studi yang dilakukan CSUR atau Centre for Substance Use Research. Dari penelitian mereka, total dari koresponden yang mereka gunakan menunjukan penurunan sebanyak 73% selama 3 bulan. Tentu saja semuanya menggunakan vape sebagai penurun kebiasaan merokok mereka.

Uap Vape Sangat Berbahaya untuk Orang Sekitar

Rokok Elektrik atau Vape

Di dalam rokok terdapat kandungan bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya bagi penggunanya maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Namun, berbanding terbalik dengan rokok elektrik karena tidak dikeluarkannya asap pembakaran. Selain itu, tidak adanya side stream vapor membuat orang-orang di sekitar penggunanya masih terbilang aman menghirup uapnya.

Dari berbagai penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, seperti dari Roswell Park Comprehensive Cancer Centre, Public Health of England, serta Drexel University, mengatakan kalau aerosol atau biasa dikenal sebagai uapnya yang dikeluarkan oleh rokok elektrik mengandung toksisitas yang lebih rendah sehingga tidak menimbulkan resiko yang terlalu serius bagi siapa pun yang menghirupnya, begitu juga dengan orang-orang yang di sekitar pengguna vape.

Meskipun begitu, studi yang dilakukan oleh Cancer Research UK mengatakan kalau sebenarnya belum ada bukti-bukti yang konkrit atau pasti apakah uap vape memberikan dampak bahaya bagi yang tidak menggunakannya tapi berada di sekitar pengguna vape, walaupun masih ada bahayanya, mereka menilai risiko bahaya lebih kecil dibandingkan asap tembakau.

Bagaimana? Sudah cukup jelas bukan, mitos-mitos yang beredar mengenai penggunaan rokok elektrik? Namun, perlu kamu ingat, di Indonesia rokok jenis tersebut masih termasuk ilegal sehingga kamu pun harus berhati-hati menggunakannya.

Pastikan kamu memakai alat vape yang bersih dan tidak saling meminjam dengan orang lain agar tidak tertular penyakit tertentu, seperti kanker mulut, dan sebagainya.

Tinggalkan komentar